Bentuk Kepribadian Anda Dengan Membaca Dan Bertindak

Minggu, 18 September 2011

Cukup Allah Jadi Penolong ku

     Ketika Ibrahim hendak dilempar ke dalam kobaran gundukan api yang menyala yang siap melahap segalanya, dia lalu memejamkan mata seraya berkata lirih "Hasbunallah wa ni' mal wakil" maka dengan seketikanya api tersebut menjadi dingin.
Ketika seorang yang beriman dihimpitkan oleh cobaan, bencana, persoalan hidup,takut terhadap perbuatan musuh, dan cemas terhadap perlakuan orang zalim, kalimat yang paling indah dalam do'a nya adalah "Hasbunallah wa ni' mal wakil"
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung. QS. Ali imran 173
     Menyerahkan segalanya kepada allah dan percaya akan janji-janji nya yang lebih pasti dari terbitnya matahari dari sebelah timur merupakan buah keimanan bagi seorang mu'min sejati. Tak heran banyak orang beriman setiap dihadapkan pada persoalan hidup selalu menghadapinya dengan rasa tenang dan ikhlas. karena dia yakin semua itu kehendaknya sang pemurah dan percaya bahawa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Maka dari itu bangunlah di waktu subuh, ambillah wudhu sesempurna mungkin, dirikanlah sholat yang paling khusyu seakan-akan anda akan mati setelah selesai sholat, ulurkanlah kedua tangan anda seraya memohon kepadanya, karena habis gelap terbitlah terang.
     Manusia sangatlah mustahil melawan setiap bencana ataupun malapetaka, menaklukkan segala derita, karena manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Oleh karena itu serahkanlah semua perkara kepadanya, mengadulah kepadanya sebab kemana lagi kita mencari pertolongan selain kepada yang maha penolong.
Bertawakkallah kepadanya wahai orang beriman, yang kekuasaan ya meliputi langit dan bumi, yang kekuarannya amat besar dari segalanya, dan yang mencukupi kebutahan hamba-hambanya yang beriman.
Bukankah janji allah dan rasulnya itu benar, bukankah keputusan allah itu selalu adil bagi kita ( orang yang berpikir ) lalu kenapa kita harus takut akan cobaan, bencana, kebutuhan hidup yang tak terpenuhi, musibah, musuh, dan berbagai macam persoalan hidup karena allah maha penolong. Jadikan "Hasbunallah wa ni' mal wakil" sebagai semboyan, slogan, dan motivasi kita dalam menggapai dunia dan akhirat.
                                                                                                                         

Sabtu, 17 September 2011

Menjadi Dokter Itu Bukan Hal Yang Gampang

     Dokter ( dari bahasa latin yang berarti "guru" ) adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Kebanyakan orang berpikir menjadi dokter adalah sesuatu yang menjanjikan secara materi, profesi yang menghasilkan banyak uang, dan dihormati serta disanjung oleh kalangan masyarakat. Tak heran profesi sebagai seorang dokter dianggap sesuatu yang amat bergengsi.
     Banyak orang tua yang rela mengelurakan banyak uang untuk menyekolahkan anaknya di berbagai fakultas kedokteran, dan berani mengambil segala resiko yang bakal menanti, baik itu di fakultas negri maupun swasta. Semua itu demi harapan agar anaknya suatu saat nanti mendapat gelar yang "menjanjikan tersebut", agar anaknya memiliki derajat yang tinggi dihormati dan disanjung di kalangan masyarakat.
     Di samping itu juga banyak kalangan anak indonesia yang mengidam2kan profesi ini.Maka tak heran, seorang siswa SMA yang akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi belajar dengan sangat giatnya untuk mencapai cita-citanya itu. Saya pun heran. Tentunya setelah merasakan perjuangan berat yang harus saya jalani tiap harinya untuk meraih impian menjadi dokter itu.
     Saya heran. Dan sekarang saya pun bertanya-tanya, mengapa banyak sekali peminat yang mendaftar ke fakultas kedokteran. Bahkan adik saya sekalipun. Mengapa banyak orang yang rela menghabiskan masa mudanya untuk berkutat dengan gunungan buku dan ilmu-ilmu yang harus dipahami. Mengapa??

Saya pun makin heran setelah mendengar banyak cerita dari dosen di kampus tentang kehidupan kuliahnya, kehidupan koasnya, bahkan saat sudah menyandang gelar dokter superspesialis sekalipun, kehidupan mereka tetap sama. Berat, penuh tanggung jawab, dan tuntutan dedikasi yang sangat tinggi, seolah tidak ada kata istirahat untuk seorang dokter. Tiap hari dipenuhi ketegangan. Dihadapkan dengan hidup atau mati. Tidak ada pilihan antara ketepatan atau kecepatan. Semuanya harus sinergi. Antara ketepatan berfikir dan kelembutan hati serta tutur kata. Antara kejujuran dan kerahasiaan pasien. Hhhfff, berat sekali tugas seorang dokter, andai kita tahu.
Pulang ke rumah, bukan tak mungkin seorang dokter membawa penyesalan yang mendalam akibat pasien yang ditanganinya tidak tertolong lagi, atau akibat prognosis pasien yang sedang ditanganinya sangat buruk. Pasien yang tidak bisa menjalani operasi life saving hanya karena keuangan keluarga yang menghimpit. Pilihan antara pura-pura berhati dingin atau berempati. Semuanya pilihan.
     Menonton sebuah film tentang dokter muda yang bekerja di emergensi, membuat saya minder dan membuat saya tenggelam dengan keraguan saya tentang kemampuan saya yang saya nilai masih sangat minim bahkan untuk lulus S1 sekalipun. Saya yang masih sering malas ini, saya yang belajar semaunya ini, saya yang sangat mudah hilang konsentrasi ketika belajar ini, saya yang masih sangat emosional ini, apakah saya mampu Ya Allah??? Tenggelam lebih dalam. Namun kemudian menyadari bahwa saya sedang menjalani suatu proses yang sangat berharga dalam perjalanan hidup saya sebagai seorang mahasiswa fakultas kedokteran. Ya, saya calon dokter, dan saya menyadari tanggung jawab, peran, dan fungsi yang saya tanggung sekarang, insya Allah.. Saya menyadari bahwa langkah saya tidak boleh terhenti hanya karena bisiskan emosi saya. Ummat menantikan munculnya dokter-dokter yang berakhlaq. Ummat menantikan munculnya dokter-dokter yang berdedikasi. Ummat menantikan munculnya dokter-dokter yang bekerja dengan ketepatan analisis, kesempurnaan tutur kata serta tingkah laku. Ummat menantikan kita,sahabat seperjuanganku. Ummat menantikan kita. Insya Allah kita akan menjadi dokter yang seperti itu. Aamin…
Di palung hati yang terdalam, bergema suara. Saya harus terus melaju. Seperti langkah jarum detik yang terus menggeser jarum jam meski perlahan, kecuali kalau baterainya habis..hehe. Baterai saya masih cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan energi saya untuk bisa berjalan sampai ke titik impian itu. Saya tahu, saya tidak boleh berhenti, now and forever. Gambarimasu!..
…ditengah keraguan akan kemampuan diri sendiri. Sahabatku, terimakasih telah saling menguatkan…